Senin, 03 September 2012

Infertilitas


1.     Pengertian
a.     Infertilitas merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut pasangan yang gagal hamil dan mempunyai anak setelah berusaha selama 1 tahun. Perempuan yang berhasil hamil namun selalu mengalami keguguran juga bisa disebut mandul.
Kehamilan merupakan hasil dari suatu proses komplek yang terdiri dari :
Ø Seorang perempuan bergerak menuju rahim melalui saluran tuba.
Ø Dalam perjalanan ini, sel sperma dari laki-laki harus membuahi sel telur.
Ø Telur yang sudah dibuahi kemudian harus menempel pada dinding rahim bagaian dalam.
Kemandulan / infertilitas terjadi bila ke empat proses di atas mengalami gangguan.

b.     Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual selama 2-3  kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi (Djuwanto, 2008).

c.      Infertilitas adalah bila sepasang suami istri, setelah bersenggama secara teratur selama 2-3 x/mg, tanpa metode pencegahan, belum mengalami kehamilan selama 1 tahun (Kapita Selekta : Edisi 3 jilid 1).

Secara medis, Infertilitas dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
-         Infertilitas primer berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual selama 2-3 kali/minggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.
-         Infertilitas sekunder berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual selama 2-3 kali/minggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.

Menurut Behrman dan Kistner, prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur suami,umur istri,dan lamanya dihadapkan kapada kemungkinan kehamilan. Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun, kemudian menurun perlahan-lahan sampai umur 30 tahun. Dan setalahmenurun dengan cepat.Walaupun pasangan suami istri dianggap infertil, bukan tidak mungkin kondisi infertil sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal tersebut dapat dipahami karena proses pembue\ahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya seorang menusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri.
Kerjasama tersebut mengandung arti bahwa dua faktor yang harus dipenihi adalah:
1.     Suami memiliki sistem dan fungsi produksi yang sehat sehingga mempu menghasilkan dan menyalurkan cel kelamin pria (Selanjutnya disebut dalam istilah: Spermatozoa) kedalam organ reproduksi istri dan
2.     Istri memiliki sistem fungsi produksi yang sehat sehingga mempu menghasilkan dan menyalurkan cel kelamin wanita (Selanjutnya disebut dalam istilah medis: sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh  spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan. Apabila salah satu dari dua faktor yang telah disebutkan tersebut tidak dimiliki oleh pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak.

2.     Etiologi
Ada beberapa penyebab yang perlu diperhatikan, mulai dari penyakit menahun, kurang sering brhubungan dan gangguan pada alat reproduksi.
Ø Penyebab dari pihak wanita.
a.     Kegagalan ovulasi
   Indung telur tidak menghasilkan sel telur/ ovulasi yang jarang adalah penyebab yang paling utama. Hal ini disebabkan 93 mekanisme hormon reproduksi/kelenjar tiroit, stres,anoreksia, olahraga yang berat.
b.     Infeksi Vagina
  Keputihan bisa mengindikasikan terjadinya infeksi vagina bila bau tidak sedap atau rasa panas. Bakterial vaginosis adalah salah satu dari 3 jenis infeksi vagina yang perlu diwaspadai, karena dapat mengakibatkan gangguan kesuburan.
c.      Radang panggul
    Gejalanya berupa nyeri panggul, obses disaluran telur dan idung telur dari rasa nyari bila berhubungan seks.
d.     Displasia leher rahim
        Displasia adalah pertumbuhan sel-sel yang tidak wajar karena penyakit, yang sebenarnya mudah diatasi. Contohnya infeksi, peradangan atau erosi leher.

Ø Penyebab dari pihak pria
a.     Kegagalan menghasilkan seperma berkualitas
           Penyebab dari terjadinya sperma yang buruk adalah:
Ø  Cacat bawaan sejak lahir
Ø  Kegiatan testis untuk turun ke kentung buah pelir (scrotum) sebelum pubertas dan logam beracun dan agar karbonmonoksida dari asap rokok.
Ø  Stres emosional.
Ø  Tidak melakukan hubungan seksual  (abstinensi) dalam waktu yang terlalu lama, dapat meningkatkan jumlah sperma abnormal.
b.     Sumbatan pada saluran vas deferens.
c.      Disfungsi ereksi.

Ø Penyebab lain-lain.
a.     Kelainan bawaan (Congenital)
b.     Kejang liang vagina saat melakukan hubungan seks.
c.      Reaksi alergi wanita terhadap sperma yang mungkin dipicu oleh ketakutan untuk hamil.
d.     Lingkungan.

3.     Manifestasi klinis
a.     wanita
Ø Terjadi kelainan sistem endokrin.
Ø Hipomenore dan Amenore
Ø Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis / abrasi genetik.
Ø Wanita dengan sindrom turner, payudara tidak berkembang dan gonatnya abnormal.
Ø Wanita infertil dapat memiliki uterus.
Ø Mortilitas tuba dan ujung fimbrenya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi.

b.     Pria
Ø Riwayat terpajan benda-benda mutan yang menyebabkan dan membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
Ø Status gizi dan nutrisi dari vitamin tertentu.
Ø Riwayat infeksi genitorurinaria.
Ø Hipertoidisme dan Hipotiroid.
Ø Gangguan Spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan mortalitas sperma)
Ø Ejakulasi retrograt.
Ø Difungsi ereksi berat.

4.     Penanganan
Selama beberapa dekade terakdir, dunia medis yang mencakup dokter, peneliti, serta perusahaan obat maupun teknologi terus berupaya menemukan metode terapi yang tepat sebagai jalan keluar bagi setiap pasangan infertil. Hasilnya, banyak pasangan infertil dengan penyebab ketidaksuburan tertentu berhasil mendapatkan solusi dan memiliki keturunan. Untuk mengobati kemandulan pertama-tama harus diketahui terlebih dahulu penyebab dahulu penyebab utamanya. Setelah itu barulah  dilakukan penanganan diantaranya.
a.     Obat penyubur
Ø Klomifen sitrak (clomiphene)
Ø Pergonal (Estrak FSH dan LH)
Ø Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
Ø Hypothalamic releasing factors
Ø Bromokriptin (Bromocriptine)
b.     Operasi pembedahan
Dilakukan bila terdapat jaringan parut (Scar), penyumbatan saluran telur yang di sebabkan oleh penyakit sebelumnya, bekas pembedahan.
c.      Operasi vagina (Vaginal Surgery)
Dilakukan operasi plastik (Perineoplasty) untuk kelainan / kerusakan vagina  dan vaginismus.
d.     Operasi leher rahim (Cervical surgery)
Teknik ini juga digunakan untuk memeriksa kemandulan, keguguran kehamilan pada tahap ini. Dengan cara kerut, setelah operasi akan timbul rasa sakit dipunggung dan / dibawah perut. 
e.      Operasi rahim (Uteri surgery)
f.       Operasi saluran telur (Tubal surgery)
Tindakan ini digunakan untuk menghilangkan parut dan untuk menutup saluran telur yang disebabkan oleh penyakit yang telah lampau, bekas pembedahan, atau kelainan struktural.
g.     Operasi indung telur (Ovarian surgery)
Pembedahan  laparoskopi dapat mengatasi endometriosis
h.     Inseminasi buatan, bayi tabung dan donor.
ü Inseminasi buatan (Artificial insemination)
Tindakan ini dilakukan bila masalahnya terletak dipihak pria karena spermanya lemah, sehingga dibantu agar bisa mencapai tujuan dengan lebih mudah / bertemu langsung dengan sel telur. Atau bisa juga dengan sperma donor/ID (Insemination dornor).
ü Bayi Tabung
Teknik pembuahan dalam tabung / IVF (In-vitro fertilization) yang lebih dikenal dengan bayi tabung, yang diperlukan adalah wanita yang bersangkutan memiliki indung telur (Ovarium) yang sehat dan berfungsi serta rahim yang sehat yang sehat, tingkat keberhasilannya hanya sekitar 15%.
ü Donor sperma, sel telur dan rahim
Teknik yang lebih canggih yang digunakan disebut GIFT (Gamete intrafallopian transfer) keberhasilan GIFT dilaporkan lebih tinggi dibanding dengan cara IVF. GIFT lebih disukai karena dapat menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan saluran telur.

Asuhan Keperawatan Infertilitas
A.   Pengkajian
1.     Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2.     Riwayat kesehatan
a.     Wanita
Ø Riwayat kesehatan dahulu
-         Riwayat PMS
Ø Riwayat kesehatan sekarang
-         Endometriosis
-         Vasrinismus
-         Gangguan ovulasi
Ø Riwayat kesehatan keluarga
-         Memiliki riwayat keluarga/saudara dengan aberesi genetik
Ø Riwayat obstetri
-         Tidak hamil dan melahirkan selama 1 tahun.

b.     Pria
Ø Riwayat kesehatan dahulu
-         Riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi).
-         Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu.
Ø Riwayat kesehatan sekarang
-         Difungsi ereksi buruk
-         Ejakulasi retograt
-         Gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan mortalitas sperma)
3.     Pemeriksaan Fisik
Terdapat kelainan pada organ  genital wanita maupun pria
a.     Pemeriksaan wanita
·        Pemeriksaan vagina
Masalah vagina yang dapat mengahmbat penyimpanan air mani ke dalam vagina sekitar serviks ialah adanya sumbatan / peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus / disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan / perolehan.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah sebuah alat yang disebut spekulum, yang dipakai untuk menahan agar vagina terbuka. Kemudian mengambil cairan vagina untuk dianalisa di laboratorium.
Selama pemeriksaan, pasien harus berbaring terlentang dengan lutut terbuka, atau tidur miring dengan lutut ditarik. Pemeriksaan ini tidak memberikan rasa sakit, sehingga pasien dapat santai. Hal itu memungkinkan untuk mengetahui secara jelas apakah ada masalah pada vagina, misalnya bekas infeksi, fibroid, kista indung telur, atau gangguan lain.
·        Pemeriksaan leher rahim
Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear (smear test) ini perlu dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita dewasa dengan kehidupan seks yang aktif. Vagina dibuka dengan spekulum dan contoh sel permukaan lehir rahim diambil dengan alat spatula, lalu dibawa ke lab untuk dianalisa, jangan melakukan hubungan seksual, Douche / menggunakan produk pembersih vagina selama 24 jam setelah PAP Smear.
b.     Pemeriksaan Pria
·        Mengamati kelainan fisik
Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut dan lemak yang tidak rata, atau konsistensi testis, bisa menjadi tanda akibat ketidakseimbangan hormonal kelainan fisik lain dari alat reproduksi pria yang perlu diperiksa adalah kemungkinan adanya parut atau varises pada scrotum yang dapat mempengaruhi jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas) sperma. Salah satu testis tidak turun (kroptorkismus) berarti memperkecil kemampuan produksi sperma.
·        Penampungan air mani
Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung kedalam botol gelas yang bermulut lebar (atau gelas minum), setelah abstensi 3-5 hari. Sebaiknya penampungan dilakukan dirumah kemudian dibawa kelaboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan.
4.     Pemeriksaan Penunjang
a.     Wanita
1.     Deteksi Ovulasi
Deteksi Ovulasi merupakan bagian integral pemeriksaan infertilitas karena kehamilan tidak mungkin terjadi tanpa ovulasi. Ovulasi yang jarang terjadi pun dapat menyebabkan infertilitas.
2.     Analisa Hormon
Pemeriksaan hormonal menjadi sangat penting, karena gangguan hormonal merupakan penyebab infertil yang banyak ditemukan pada wanita. Tingkat kesuburan seorang wanita dapat diketahui dari pemeriksaan hormon-hormon utama yang berperan dalam proses reproduksi tersebut. Hormon-hormon itu adalah sebagai berikut :
¯ LH (Luteinising hormone) dan FSH (folicle stimulating hormone) disebut juga gonodotrophin, dihasilkan oleh sel-sel gonad yang berada dikelenjar pituitari didasar otak. FSH berfungsi merangsang pematangan pada folikel, sedangkan LH membantu pelepasan sel telur dari folikel. Pada pemeriksaan ini dilakukan 3 kali pengambilan sampel serum, dengan selang waktu 20 menit.
¯ Prolaktin
Kadar prolaktin yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sel gonad (produsen LH dan FSH) dan ovum dapat bereaksi melakukan stimulasi gonodotropin. Prolaktin fungsinya untuk merangsang dan mempertahankan produksi ASI setelah melahirkan, serta perkembangan payudara.
¯ Estradiol
Berfungsi mempertebal dinding rahim untuk mempersiapkan rahim sebagai tempat bertumbuhnya janin.
¯ Progesteron
Pemeriksaan yang dilakukan, adalah :
Bagi wanita yang mengalami gangguan menstruasi (oligomenorrhea), atau tidak mendapatkan menstruasi (amenorrhea), pemeriksaan hormon LH, FSH, prolaktin dan estradiol sangat penting untuk mengetahui dimana letak gangguan yang mengakibatkan subfertilitas. Bila kadar LH, FSH meningkat dan estradiol rendah, kemungkinan ada kasus kegagalan ovairum. Bila terjadi peningkatan LH dengan FSH normal, kemungkinan ada gangguan polikista (Polycystic Ovarian Syndrome) yang menghambat pengeluaran sel telur. Telur bila ditemukan kadar LH, FSH, dan estradiol rendah kemungkinan terjadi gangguan dikelenjar pituitari yang merangsang pematangan sel telur.
Pada wanita subfertil yang menstruasinya teratur, pemeriksaan hormon diperlukan untuk memastikan apakah terjadi ovalusi atau tidak, jika kadar hormon progesteron tinggi berarti terjadi ovulasi, dan pemeriksaan hormon lainnya tidak diperlukan, tetapi perlu dicari penyebab yang lain.
3.       Sitologi Vagina
Menyelidiki sel-sel yang terlepas dari selaput lendir vagina sebagai pengaruh dari hormon. Pemeriksaan ini sangat sederhana, mudah dan tidak menimbulkan nyeri. Tujuan pemeriksaan sitologi vagina ialah:
-         Memerikiksa pengaruh estrogen dengan mengenal perubahan sitolodik yang khas pada fase proliferasi
-         Memerikiksa adanya evulasi dengan mengenal gambaran sitolodik pada fase luteal lanjut.
-         Menentukan saat evulasi dengan mengenal gambaran sitolodik ovulasi yang khas.
-         Memeriksa kelainan fungsi avorum pada siklus haid yang tidak berovulasi.
4.     Uji  pasca senggama
Tes ini sangat sederhana, tetapi bermanfaat untuk melihat apakah lendir leher rahim bersifat melawan seperma atau tidak. Dilakukan sesudah hubungan seks pada saat mendekati masa ovulasi. Cairan mleher rahim diambil dalam enam jam setelah berhubungan seks, dan di periksa bawah miksroskop. Pada keadaan normal, bisa terlihat sperma yang bergerak aktif. Tes ini diulang pada siklus selanjutnya sampai dua atau tiga kali pemeriksaan serupa untuk memastikan hasilnya bukan suatu kebetulan, karena tidak mudah mendapatkan waktu subur yang tepat.
5.     Laparoskapi
Cara ini dipopulerkan oleh Patrick Steptoe pada akhir tahun 1960-an. Gunanya untuk memeriksa kemungkinan sumbatan pada saluran telur. Alat laparaskopi berupa tabung fiberglas yang letur berisi lampu dan lensa untuk memeriksa rongga- rongga di dalam tubuh, yang dimasukkan melalui sayatan kecil pada dinding perut dekat pusar. Dengan zat kontras tersebut diatas dapat dilihat beberapa ukuran luasnya penutupan, parut yang terjadi, mampun kondisi pelengketan pada saluran telur.
Juga bisa diketahui kondisi indung telur, pemeriksaan dilakukan dibawah pembiusan menyeluruh, dan biasanya dilakukan sebelun terjadinya ovulasi untuk mencegah kerusakan sel telur.
b.     Pria
1.     Analaisa semen parameter
Cairan semen yang akan diperiksa di kumpulkan dalam botol plastik yang dibrikan dokter, diambil setelah tiga hari tidak berhubungan seks. Paling tidak, sebagian besar sperma itu mempunyai penampilan normal untuk dapat membuahi sel telur dengan baik.
Parameter analisa sperma


 












B.   DIAKNOSA KEPERAWATAN
1.     Ansietas b/d ketidaktauhan tentang hasil dari penegakan diagnotik
2.     Gangguan konsep dari: HDR b/d gangguan fertilitas
3.     Gangguan nyaman nyeri b/d tindakan-tindakan infasif
4.     Berduka b/d prognosa yang buruk
5.     Resiko tinggi isolasi sosial b/d mekanisme koping inadekuat

C.   Rencana Tindakan
1.     Ansietas b/d ketidaktahuan tentang hasil akhir dari penegakan Diagnotik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 jam diharapkan klien dapat mengontrol rasa kekhawatirannya.
Kriteria hasil :
§  klien dapat memahami dan mendiskusikan rasa takut
§  Menunjukkan relaksasi ( seperti wajah tidak ,tegang,pucat)
§  Klien dapat memecahkan masalah mdan menggunakan sumber-sumber secara efektif.
          Intervensi :
1.     Catat palpitasi, peningkatan denyut / frekuensi pernapasan
R : Adalah tidakmungkin menunjukkan mingkat ansietas yang dialami pasien
2.     Kaji tingkat bahaya bagi pasien dan tingakat ansietas(rendah, sedang,parah) dengan mengamati tingkah laku serperti tangan yang mencengkram, mata yang membesar, respon yang mengagetkan dll.
R : Persepsi yang menyimpang dari ituasi mungkin dapat memperbesar perasaan.
3.     Hindari harapan-harapan kosong misalnya pernyataan '' semua akan berjalan lancar''
R : adalah ,tidak mungkin bagi perawat untuk mengetahui bagaimana situasi khusus dapat dipecahkan, dan harapan palsu sebagai kurangnya pemahaman / kejujuran, isolasi pesien lebih lanjut.
4.     Dorong / instruksikan metode bimbingan imajinasi/relaksi mental misalnya: membayangkan tempat yang menyenangkan, penggunaan musik / tape, napas lambat-lambat dan meditasi.
R : Meningkatkan pelepasan endorvin dan membantu dalam perkembangan kontrol lokus internal, mengurangi ansietas.
5.     Memberikan medikasi sesuai kebutuhan misalnya diazepam ( jalium): X3 klora zepat dipotasium (tranxene): klordeazipoxida (librium) : alprazolam (xanax)
R: Zat-zat antiansietas berguna untuk priode yang singkat untuk membantu pasien dalam mengurangi ansietas ketingkat yang dapat diatasi, memberi kesempatan untuk memulai kemampuan kuping pasien.

2.     Gangguan konsep diri : citra diri b/d gangguan fertilitas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kepercayaan klien dapat timbul kembali.
Kriteria hasil :
·        Klien mengungkapkan tentang intertilitas dan bagaimana treatmennya
·        Mampu mngekspresikan peranan tentang infertil
·        Terjadi kontak mata saat komunikasi
Intervensi :
1.     Dorongan  pengungkapan perasaan, menerima apa yang dikatakannya
R : membantu pasien / orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan  mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi / gaya hidup
2.     Diskusikan pandangan pasien terhadap citra diri dan efek yang ditimbulkan dari penyakit / kondisi.
R : persepsi pasien mengenai perubahan pada citra diri muingkinj terjadi secara tiba-tiba dan kemudian kehati-hatian dapat membahayakan perawat untuk memenuhi kebutuhan akan intervensi yang dibituhkan individu.
3.     Bantu pasien / orang terdekat dengan menjelaskan hal-hal yang diharapkan dan hal-hal tersebut mungkin diperlukan untuk dilepaskan atau diubah.
R : memberi kesemp[atan untuk mengidentifikasi kesalahan konsep dan muloai mnelihat pilihan, meningkatkan orientasi realita.
4.     Rujuk pada dukungan psikiatri / grup terapi, pelayanan sosial sesuai petunjuk.
R : mungkin dibutuhkan untuk membantu pasien / orang terdekat untuk mencapai kesembuhan yang optimal

3.     Gangguan nyaman nyeri b/d tindakan-tindakan infasif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau klien dapat mengontrol nyeri yang dirasakan
Kriteria hasil :
1.     Klien mengatakan nyeri berkurang
2.     Klien mampu menggunakan ketrampilan relaksasi
3.     Wajah klien fresh
4.     Klien sudah tidak kelihatan memegang bagian tertentu
Intervensi :
1.     Identifikasi karakteristik nyeri dan tindakan penghiolang nyeri
R : informasi tindakan memberikan satu dasar untuk evaluasi kebutuhan keefektifan intervensi
2.     Berikan tindakan kenyamanan dasar {reposisi, gosok punggung} hiburan, lingkungan.
R : meningkatkan relaksasi dan membantu pasien fokus kembali keperhatian.
3.     Ajarkan teknik relaksasi
R : partisipasi pasien secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol
4.     Kembangkan rencana management nyeri antara pasien dan dokter
R : mengembangkan rasa control nyeri
5.     Berikan analgesik sewa resep
R : mengurangi nyeri

4.     Berduka b/d prognosa yang buruk
Tujuan : setelah diadakan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat mengakhiri / mengontrol rasa dukanya.
Kriteria hasil : menunjukkan rasa pergerakan kearah resolusi dari raasa duka dan harapan untuk masa depan.
Intervensi :
1.  Identifikasi tiongkat rasa duka / disfungsi
R : kecermatan makan memberikan pilihan intervensi yang sesuai pada waktu individu menghadapi rasa duka dalam berbagai cara yang berbeda.
2.  Dengarkan dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan.
R : jika prosesnya bersifat oodisfungsional / perpanjangan,m intervensi yang
     lebih agresif mungkin dibutuhkan untuk mempermudah.
3.  Kaji kebutuhan orang terdekat dan membantu sesuai petunjuk.
R : identifikasi dari masalah-masalah berduka disfungsional akan
     mengidentifikasi intervensi individual.
4.  Rujuk pada sumber-sumber lainnya, misalnya konseling, psikoterapi, sesuai petunjuk.

5.     Resiko tinggi isolasi b/d mekanisme koding inadekuat
Tujuan : klien dapat secara suka rela meluangkan waktu bersama klien lainnya dan perawat dalam aktifitas kelompok di unit rawat inap.
Kriteria hasil :
-         Klien mampu berinteraksi dengan orang lain
-         Terjadi kontak mata
-         Komunikasi berjalan lancar
Intervensi :
1.     Ciptakan hubungan terapeutik
1.     Bisa hubungan saling percaya {menyapa klien yang ramah, memanggil nama klien, jujur, tepat janji, empati dan mengharagai}
2.     Tunjukkan perawat yang bertanggung jawab.
R : lingkungan fisik dan psikososial yang terapeutik akan menstimulasi kemampuan klien terhadap kenyataan.

2.     Perlihatkan penguatan poositif pada klien. Temani klien untuk membantu, perlihatkan dukungan selama aktifitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang sukar bagi klien.
R : hal ini akan membuat klien merasa menjadi orang yang berguna
3.     Orientasikan klien pada waktu, tempat, dan orang.
R : kesadaran diri yang meningkat dalam hubungannya dengan lingkungan waktu, tempat dan orang.
4.     Berikan obat anti psikotik sesuai dengan program terapi.
R : obat ini dipakai untuk mengendalikan psikotis dan mengurangi tanda-tanda ogitasi.

DAFTAR PUSTAKA

Alam, Syamsir dkk. 2007. Infertil Informasi Lengkap Penderita Dan Keluarganya. Jakarta : Gramedia.
Djuwanto, Tono. 2008. Hanya 7 Hari Memahami Infertilitas. Bandung : PT. Refika Aditama.
Mansjoer, Arif Dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke3 Jilid  Pertama. Jakarta : Media Aescuaplus FKUI.
Prawiroharjo, Sarwono Dkk. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo FKUI.
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0507/22/muda/1916331.htm