1.
Pengertian
a. Infertilitas
merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut pasangan yang gagal hamil dan
mempunyai anak setelah berusaha selama 1 tahun. Perempuan yang berhasil hamil
namun selalu mengalami keguguran juga bisa disebut mandul.
Kehamilan merupakan hasil dari suatu proses komplek
yang terdiri dari :
Ø Seorang
perempuan bergerak menuju rahim melalui saluran tuba.
Ø Dalam
perjalanan ini, sel sperma dari laki-laki harus membuahi sel telur.
Ø Telur
yang sudah dibuahi kemudian harus menempel pada dinding rahim bagaian dalam.
Kemandulan / infertilitas terjadi bila ke empat
proses di atas mengalami gangguan.
b. Infertilitas
adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak
walaupun telah melakukan hubungan seksual selama 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun
dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi (Djuwanto, 2008).
c. Infertilitas
adalah bila sepasang suami istri, setelah bersenggama secara teratur selama 2-3
x/mg, tanpa metode pencegahan, belum mengalami kehamilan selama 1 tahun (Kapita
Selekta : Edisi 3 jilid 1).
Secara medis,
Infertilitas dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
-
Infertilitas primer berarti pasangan
suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun
berhubungan seksual selama 2-3 kali/minggu tanpa menggunakan alat atau metode
kontrasepsi dalam bentuk apapun.
-
Infertilitas sekunder berarti pasangan
suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum
mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual selama 2-3
kali/minggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Menurut Behrman
dan Kistner, prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur suami,umur
istri,dan lamanya dihadapkan kapada kemungkinan kehamilan. Fertilitas maksimal
wanita dicapai pada umur 24 tahun, kemudian menurun perlahan-lahan sampai umur
30 tahun. Dan setalahmenurun dengan cepat.Walaupun pasangan suami istri
dianggap infertil, bukan tidak mungkin kondisi infertil sesungguhnya hanya
dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal tersebut dapat dipahami karena
proses pembue\ahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya seorang menusia
baru merupakan kerjasama antara suami dan istri.
Kerjasama tersebut mengandung arti
bahwa dua faktor yang harus dipenihi adalah:
1. Suami
memiliki sistem dan fungsi produksi yang sehat sehingga mempu menghasilkan dan
menyalurkan cel kelamin pria (Selanjutnya disebut dalam istilah: Spermatozoa)
kedalam organ reproduksi istri dan
2. Istri
memiliki sistem fungsi produksi yang sehat sehingga mempu menghasilkan dan
menyalurkan cel kelamin wanita (Selanjutnya disebut dalam istilah medis: sel
telur atau ovum) yang dapat dibuahi
oleh spermatozoa dan memiliki rahim yang
dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia cukup
bulan dan dilahirkan. Apabila salah satu dari dua faktor yang telah disebutkan
tersebut tidak dimiliki oleh pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan
mampu memiliki anak.
2. Etiologi
Ada
beberapa penyebab yang perlu diperhatikan, mulai dari penyakit menahun, kurang
sering brhubungan dan gangguan pada alat reproduksi.
Ø Penyebab
dari pihak wanita.
a. Kegagalan
ovulasi
Indung telur tidak menghasilkan sel telur/
ovulasi yang jarang adalah penyebab yang paling utama. Hal ini disebabkan 93
mekanisme hormon reproduksi/kelenjar tiroit, stres,anoreksia, olahraga yang
berat.
b. Infeksi
Vagina
Keputihan bisa mengindikasikan terjadinya
infeksi vagina bila bau tidak sedap atau rasa panas. Bakterial vaginosis adalah
salah satu dari 3 jenis infeksi vagina yang perlu diwaspadai, karena dapat
mengakibatkan gangguan kesuburan.
c. Radang
panggul
Gejalanya berupa nyeri panggul, obses
disaluran telur dan idung telur dari rasa nyari bila berhubungan seks.
d. Displasia
leher rahim
Displasia adalah pertumbuhan sel-sel
yang tidak wajar karena penyakit, yang sebenarnya mudah diatasi. Contohnya
infeksi, peradangan atau erosi leher.
Ø Penyebab
dari pihak pria
a. Kegagalan
menghasilkan seperma berkualitas
Penyebab dari terjadinya sperma yang buruk adalah:
Ø Cacat
bawaan sejak lahir
Ø Kegiatan
testis untuk turun ke kentung buah pelir (scrotum) sebelum pubertas dan logam
beracun dan agar karbonmonoksida dari asap rokok.
Ø Stres
emosional.
Ø Tidak
melakukan hubungan seksual (abstinensi)
dalam waktu yang terlalu lama, dapat meningkatkan jumlah sperma abnormal.
b. Sumbatan
pada saluran vas deferens.
c. Disfungsi
ereksi.
Ø Penyebab
lain-lain.
a. Kelainan
bawaan (Congenital)
b. Kejang
liang vagina saat melakukan hubungan seks.
c. Reaksi
alergi wanita terhadap sperma yang mungkin dipicu oleh ketakutan untuk hamil.
d. Lingkungan.
3. Manifestasi klinis
a. wanita
Ø Terjadi
kelainan sistem endokrin.
Ø Hipomenore
dan Amenore
Ø Diikuti
dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada
aksis ovarium hipotalamus hipofisis / abrasi genetik.
Ø Wanita
dengan sindrom turner, payudara tidak berkembang dan gonatnya abnormal.
Ø Wanita
infertil dapat memiliki uterus.
Ø Mortilitas
tuba dan ujung fimbrenya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi.
b. Pria
Ø Riwayat
terpajan benda-benda mutan yang menyebabkan dan membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
Ø Status
gizi dan nutrisi dari vitamin tertentu.
Ø Riwayat
infeksi genitorurinaria.
Ø Hipertoidisme
dan Hipotiroid.
Ø Gangguan
Spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan mortalitas sperma)
Ø Ejakulasi
retrograt.
Ø Difungsi
ereksi berat.
4. Penanganan
Selama
beberapa dekade terakdir, dunia medis yang mencakup dokter, peneliti, serta
perusahaan obat maupun teknologi terus berupaya menemukan metode terapi yang
tepat sebagai jalan keluar bagi setiap pasangan infertil. Hasilnya, banyak
pasangan infertil dengan penyebab ketidaksuburan tertentu berhasil mendapatkan
solusi dan memiliki keturunan. Untuk mengobati kemandulan pertama-tama harus
diketahui terlebih dahulu penyebab dahulu penyebab utamanya. Setelah itu
barulah dilakukan penanganan diantaranya.
a. Obat
penyubur
Ø Klomifen
sitrak (clomiphene)
Ø Pergonal
(Estrak FSH dan LH)
Ø Human
Chorionic Gonadotropin (HCG)
Ø Hypothalamic
releasing factors
Ø Bromokriptin
(Bromocriptine)
b. Operasi
pembedahan
Dilakukan bila
terdapat jaringan parut (Scar), penyumbatan saluran telur yang di sebabkan oleh
penyakit sebelumnya, bekas pembedahan.
c. Operasi
vagina (Vaginal Surgery)
Dilakukan
operasi plastik (Perineoplasty) untuk kelainan / kerusakan vagina dan vaginismus.
d. Operasi
leher rahim (Cervical surgery)
Teknik ini juga
digunakan untuk memeriksa kemandulan, keguguran kehamilan pada tahap ini.
Dengan cara kerut, setelah operasi akan timbul rasa sakit dipunggung dan /
dibawah perut.
e. Operasi
rahim (Uteri surgery)
f. Operasi
saluran telur (Tubal surgery)
Tindakan ini
digunakan untuk menghilangkan parut dan untuk menutup saluran telur yang
disebabkan oleh penyakit yang telah lampau, bekas pembedahan, atau kelainan
struktural.
g. Operasi
indung telur (Ovarian surgery)
Pembedahan laparoskopi dapat mengatasi endometriosis
h. Inseminasi
buatan, bayi tabung dan donor.
ü Inseminasi
buatan (Artificial insemination)
Tindakan ini dilakukan bila
masalahnya terletak dipihak pria karena spermanya lemah, sehingga dibantu agar
bisa mencapai tujuan dengan lebih mudah / bertemu langsung dengan sel telur.
Atau bisa juga dengan sperma donor/ID (Insemination dornor).
ü Bayi
Tabung
Teknik pembuahan dalam tabung / IVF
(In-vitro fertilization) yang lebih dikenal dengan bayi tabung, yang diperlukan
adalah wanita yang bersangkutan memiliki indung telur (Ovarium) yang sehat dan
berfungsi serta rahim yang sehat yang sehat, tingkat keberhasilannya hanya
sekitar 15%.
ü Donor
sperma, sel telur dan rahim
Teknik yang lebih canggih yang
digunakan disebut GIFT (Gamete intrafallopian transfer) keberhasilan GIFT
dilaporkan lebih tinggi dibanding dengan cara IVF. GIFT lebih disukai karena
dapat menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan saluran telur.
Asuhan Keperawatan
Infertilitas
A.
Pengkajian
1. Identitas
klien
Meliputi
nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, status sipil,
pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat
kesehatan
a. Wanita
Ø Riwayat
kesehatan dahulu
-
Riwayat PMS
Ø Riwayat
kesehatan sekarang
-
Endometriosis
-
Vasrinismus
-
Gangguan ovulasi
Ø Riwayat
kesehatan keluarga
-
Memiliki riwayat keluarga/saudara dengan
aberesi genetik
Ø Riwayat
obstetri
-
Tidak hamil dan melahirkan selama 1
tahun.
b. Pria
Ø Riwayat
kesehatan dahulu
-
Riwayat terpajan benda-benda mutan yang
membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi).
-
Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan
protein dan vitamin tertentu.
Ø Riwayat
kesehatan sekarang
-
Difungsi ereksi buruk
-
Ejakulasi retograt
-
Gangguan spermatogenesis (kelainan
jumlah, bentuk dan mortalitas sperma)
3. Pemeriksaan
Fisik
Terdapat kelainan pada organ genital wanita maupun pria
a. Pemeriksaan
wanita
·
Pemeriksaan vagina
Masalah vagina
yang dapat mengahmbat penyimpanan air mani ke dalam vagina sekitar serviks
ialah adanya sumbatan / peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus /
disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan / perolehan.
Pemeriksaan yang
dilakukan adalah sebuah alat yang disebut spekulum, yang dipakai untuk menahan
agar vagina terbuka. Kemudian mengambil cairan vagina untuk dianalisa di
laboratorium.
Selama
pemeriksaan, pasien harus berbaring terlentang dengan lutut terbuka, atau tidur
miring dengan lutut ditarik. Pemeriksaan ini tidak memberikan rasa sakit,
sehingga pasien dapat santai. Hal itu memungkinkan untuk mengetahui secara
jelas apakah ada masalah pada vagina, misalnya bekas infeksi, fibroid, kista
indung telur, atau gangguan lain.
·
Pemeriksaan leher rahim
Pemeriksaan
standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear (smear test) ini perlu
dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita dewasa dengan kehidupan seks yang
aktif. Vagina dibuka dengan spekulum dan contoh sel permukaan lehir rahim
diambil dengan alat spatula, lalu dibawa ke lab untuk dianalisa, jangan
melakukan hubungan seksual, Douche / menggunakan produk pembersih vagina selama
24 jam setelah PAP Smear.
b. Pemeriksaan
Pria
·
Mengamati kelainan fisik
Dalam kesempatan
pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut dan lemak yang tidak rata, atau
konsistensi testis, bisa menjadi tanda akibat ketidakseimbangan hormonal
kelainan fisik lain dari alat reproduksi pria yang perlu diperiksa adalah kemungkinan
adanya parut atau varises pada scrotum
yang dapat mempengaruhi jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas) sperma. Salah
satu testis tidak turun (kroptorkismus) berarti memperkecil kemampuan produksi
sperma.
·
Penampungan air mani
Air mani
ditampung dengan jalam masturbasi langsung kedalam botol gelas yang bermulut
lebar (atau gelas minum), setelah abstensi 3-5 hari. Sebaiknya penampungan
dilakukan dirumah kemudian dibawa kelaboratorium dalam 2 jam setelah
dikeluarkan.
4. Pemeriksaan
Penunjang
a. Wanita
1. Deteksi
Ovulasi
Deteksi Ovulasi
merupakan bagian integral pemeriksaan infertilitas karena kehamilan tidak
mungkin terjadi tanpa ovulasi. Ovulasi yang jarang terjadi pun dapat
menyebabkan infertilitas.
2. Analisa
Hormon
Pemeriksaan
hormonal menjadi sangat penting, karena gangguan hormonal merupakan penyebab
infertil yang banyak ditemukan pada wanita. Tingkat kesuburan seorang wanita
dapat diketahui dari pemeriksaan hormon-hormon utama yang berperan dalam proses
reproduksi tersebut. Hormon-hormon itu adalah sebagai berikut :
¯ LH
(Luteinising hormone) dan FSH (folicle stimulating hormone) disebut juga
gonodotrophin, dihasilkan oleh sel-sel gonad yang berada dikelenjar pituitari
didasar otak. FSH berfungsi merangsang pematangan pada folikel, sedangkan LH
membantu pelepasan sel telur dari folikel. Pada pemeriksaan ini dilakukan 3
kali pengambilan sampel serum, dengan selang waktu 20 menit.
¯ Prolaktin
Kadar prolaktin yang tinggi dapat
menyebabkan gangguan pada sel gonad (produsen LH dan FSH) dan ovum dapat
bereaksi melakukan stimulasi gonodotropin. Prolaktin fungsinya untuk merangsang
dan mempertahankan produksi ASI setelah melahirkan, serta perkembangan
payudara.
¯ Estradiol
Berfungsi mempertebal dinding rahim
untuk mempersiapkan rahim sebagai tempat bertumbuhnya janin.
¯ Progesteron
Pemeriksaan yang dilakukan, adalah
:
Bagi wanita yang
mengalami gangguan menstruasi (oligomenorrhea), atau tidak mendapatkan
menstruasi (amenorrhea), pemeriksaan hormon LH, FSH, prolaktin dan estradiol
sangat penting untuk mengetahui dimana letak gangguan yang mengakibatkan
subfertilitas. Bila kadar LH, FSH meningkat dan estradiol rendah, kemungkinan
ada kasus kegagalan ovairum. Bila terjadi peningkatan LH dengan FSH normal,
kemungkinan ada gangguan polikista (Polycystic
Ovarian Syndrome) yang menghambat pengeluaran sel telur. Telur bila
ditemukan kadar LH, FSH, dan estradiol rendah kemungkinan terjadi gangguan
dikelenjar pituitari yang merangsang pematangan sel telur.
Pada wanita
subfertil yang menstruasinya teratur, pemeriksaan hormon diperlukan untuk
memastikan apakah terjadi ovalusi atau tidak, jika kadar hormon progesteron
tinggi berarti terjadi ovulasi, dan pemeriksaan hormon lainnya tidak
diperlukan, tetapi perlu dicari penyebab yang lain.
3. Sitologi
Vagina
Menyelidiki sel-sel yang terlepas dari selaput
lendir vagina sebagai pengaruh dari hormon. Pemeriksaan ini sangat sederhana,
mudah dan tidak menimbulkan nyeri. Tujuan pemeriksaan sitologi vagina ialah:
-
Memerikiksa pengaruh estrogen dengan
mengenal perubahan sitolodik yang khas pada fase proliferasi
-
Memerikiksa adanya evulasi dengan
mengenal gambaran sitolodik pada fase luteal lanjut.
-
Menentukan saat evulasi dengan mengenal
gambaran sitolodik ovulasi yang khas.
-
Memeriksa kelainan fungsi avorum pada
siklus haid yang tidak berovulasi.
4. Uji pasca senggama
Tes ini sangat sederhana, tetapi
bermanfaat untuk melihat apakah lendir leher rahim bersifat melawan seperma
atau tidak. Dilakukan sesudah hubungan seks pada saat mendekati masa ovulasi.
Cairan mleher rahim diambil dalam enam jam setelah berhubungan seks, dan di
periksa bawah miksroskop. Pada keadaan normal, bisa terlihat sperma yang
bergerak aktif. Tes ini diulang pada siklus selanjutnya sampai dua atau tiga
kali pemeriksaan serupa untuk memastikan hasilnya bukan suatu kebetulan, karena
tidak mudah mendapatkan waktu subur yang tepat.
5. Laparoskapi
Cara ini dipopulerkan oleh Patrick
Steptoe pada akhir tahun 1960-an. Gunanya untuk memeriksa kemungkinan sumbatan
pada saluran telur. Alat laparaskopi berupa tabung fiberglas yang letur berisi lampu dan lensa untuk memeriksa rongga-
rongga di dalam tubuh, yang dimasukkan melalui sayatan kecil pada dinding perut
dekat pusar. Dengan zat kontras tersebut diatas dapat dilihat beberapa ukuran
luasnya penutupan, parut yang terjadi, mampun kondisi pelengketan pada saluran
telur.
Juga bisa diketahui kondisi indung
telur, pemeriksaan dilakukan dibawah pembiusan menyeluruh, dan biasanya
dilakukan sebelun terjadinya ovulasi untuk mencegah kerusakan sel telur.
b. Pria
1. Analaisa
semen parameter
Cairan semen yang akan diperiksa di
kumpulkan dalam botol plastik yang dibrikan dokter, diambil setelah tiga hari
tidak berhubungan seks. Paling tidak, sebagian besar sperma itu mempunyai
penampilan normal untuk dapat membuahi sel telur dengan baik.
Parameter analisa sperma
B.
DIAKNOSA KEPERAWATAN
1.
Ansietas b/d ketidaktauhan tentang hasil
dari penegakan diagnotik
2.
Gangguan konsep dari: HDR b/d gangguan
fertilitas
3.
Gangguan nyaman nyeri b/d tindakan-tindakan
infasif
4.
Berduka b/d prognosa yang buruk
5.
Resiko tinggi isolasi sosial b/d
mekanisme koping inadekuat
C.
Rencana Tindakan
1.
Ansietas b/d ketidaktahuan tentang hasil
akhir dari penegakan Diagnotik
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 jam diharapkan klien dapat
mengontrol rasa kekhawatirannya.
Kriteria
hasil :
§ klien
dapat memahami dan mendiskusikan rasa takut
§ Menunjukkan
relaksasi ( seperti wajah tidak ,tegang,pucat)
§ Klien
dapat memecahkan masalah mdan menggunakan sumber-sumber secara efektif.
Intervensi :
1.
Catat palpitasi, peningkatan denyut /
frekuensi pernapasan
R
: Adalah tidakmungkin menunjukkan mingkat ansietas yang dialami pasien
2.
Kaji tingkat bahaya bagi pasien dan
tingakat ansietas(rendah, sedang,parah) dengan mengamati tingkah laku serperti
tangan yang mencengkram, mata yang membesar, respon yang mengagetkan dll.
R
: Persepsi yang menyimpang dari ituasi mungkin dapat memperbesar perasaan.
3.
Hindari harapan-harapan kosong misalnya
pernyataan '' semua akan berjalan lancar''
R
: adalah ,tidak mungkin bagi perawat untuk mengetahui bagaimana situasi khusus
dapat dipecahkan, dan harapan palsu sebagai kurangnya pemahaman / kejujuran,
isolasi pesien lebih lanjut.
4.
Dorong / instruksikan metode bimbingan
imajinasi/relaksi mental misalnya: membayangkan tempat yang menyenangkan,
penggunaan musik / tape, napas lambat-lambat dan meditasi.
R
: Meningkatkan pelepasan endorvin dan membantu dalam perkembangan kontrol lokus
internal, mengurangi ansietas.
5.
Memberikan medikasi sesuai kebutuhan
misalnya diazepam ( jalium): X3 klora zepat dipotasium (tranxene):
klordeazipoxida (librium) : alprazolam (xanax)
R:
Zat-zat antiansietas berguna untuk priode yang singkat untuk membantu pasien
dalam mengurangi ansietas ketingkat yang dapat diatasi, memberi kesempatan
untuk memulai kemampuan kuping pasien.
2.
Gangguan konsep diri : citra diri b/d
gangguan fertilitas
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kepercayaan klien dapat
timbul kembali.
Kriteria
hasil :
·
Klien mengungkapkan tentang intertilitas
dan bagaimana treatmennya
·
Mampu mngekspresikan peranan tentang
infertil
·
Terjadi kontak mata saat komunikasi
Intervensi
:
1.
Dorongan
pengungkapan perasaan, menerima apa yang dikatakannya
R
: membantu pasien / orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi
/ gaya hidup
2.
Diskusikan pandangan pasien terhadap
citra diri dan efek yang ditimbulkan dari penyakit / kondisi.
R
: persepsi pasien mengenai perubahan pada citra diri muingkinj terjadi secara
tiba-tiba dan kemudian kehati-hatian dapat membahayakan perawat untuk memenuhi
kebutuhan akan intervensi yang dibituhkan individu.
3.
Bantu pasien / orang terdekat dengan
menjelaskan hal-hal yang diharapkan dan hal-hal tersebut mungkin diperlukan
untuk dilepaskan atau diubah.
R
: memberi kesemp[atan untuk mengidentifikasi kesalahan konsep dan muloai
mnelihat pilihan, meningkatkan orientasi realita.
4.
Rujuk pada dukungan psikiatri / grup
terapi, pelayanan sosial sesuai petunjuk.
R
: mungkin dibutuhkan untuk membantu pasien / orang terdekat untuk mencapai
kesembuhan yang optimal
3.
Gangguan nyaman nyeri b/d
tindakan-tindakan infasif
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau klien
dapat mengontrol nyeri yang dirasakan
Kriteria
hasil :
1. Klien
mengatakan nyeri berkurang
2. Klien
mampu menggunakan ketrampilan relaksasi
3. Wajah
klien fresh
4. Klien
sudah tidak kelihatan memegang bagian tertentu
Intervensi
:
1. Identifikasi
karakteristik nyeri dan tindakan penghiolang nyeri
R : informasi tindakan memberikan satu dasar untuk
evaluasi kebutuhan keefektifan intervensi
2. Berikan
tindakan kenyamanan dasar {reposisi, gosok punggung} hiburan, lingkungan.
R : meningkatkan relaksasi dan membantu pasien fokus
kembali keperhatian.
3.
Ajarkan teknik relaksasi
R
: partisipasi pasien secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol
4.
Kembangkan rencana management nyeri
antara pasien dan dokter
R
: mengembangkan rasa control nyeri
5.
Berikan analgesik sewa resep
R
: mengurangi nyeri
4.
Berduka b/d prognosa yang buruk
Tujuan : setelah
diadakan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat mengakhiri / mengontrol
rasa dukanya.
Kriteria hasil : menunjukkan rasa
pergerakan kearah resolusi dari raasa duka dan harapan untuk masa depan.
Intervensi :
1. Identifikasi
tiongkat rasa duka / disfungsi
R : kecermatan makan memberikan pilihan
intervensi yang sesuai pada waktu individu menghadapi rasa duka dalam berbagai
cara yang berbeda.
2. Dengarkan
dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan.
R : jika prosesnya
bersifat oodisfungsional / perpanjangan,m intervensi yang
lebih agresif mungkin dibutuhkan untuk mempermudah.
3. Kaji
kebutuhan orang terdekat dan membantu sesuai petunjuk.
R : identifikasi dari
masalah-masalah berduka disfungsional akan
mengidentifikasi intervensi individual.
4. Rujuk
pada sumber-sumber lainnya, misalnya konseling, psikoterapi, sesuai petunjuk.
5.
Resiko tinggi isolasi b/d mekanisme
koding inadekuat
Tujuan
: klien dapat secara suka rela meluangkan waktu bersama klien lainnya dan
perawat dalam aktifitas kelompok di unit rawat inap.
Kriteria
hasil :
-
Klien mampu berinteraksi dengan orang
lain
-
Terjadi kontak mata
-
Komunikasi berjalan lancar
Intervensi
:
1. Ciptakan
hubungan terapeutik
1. Bisa
hubungan saling percaya {menyapa klien yang ramah, memanggil nama klien, jujur,
tepat janji, empati dan mengharagai}
2. Tunjukkan
perawat yang bertanggung jawab.
R
: lingkungan fisik dan psikososial yang terapeutik akan menstimulasi kemampuan
klien terhadap kenyataan.
2.
Perlihatkan penguatan poositif pada
klien. Temani klien untuk membantu, perlihatkan dukungan selama aktifitas kelompok
yang mungkin merupakan hal yang sukar bagi klien.
R
: hal ini akan membuat klien merasa menjadi orang yang berguna
3. Orientasikan
klien pada waktu, tempat, dan orang.
R
: kesadaran diri yang meningkat dalam hubungannya dengan lingkungan waktu,
tempat dan orang.
4. Berikan
obat anti psikotik sesuai dengan program terapi.
R : obat ini dipakai untuk mengendalikan
psikotis dan mengurangi tanda-tanda ogitasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Alam,
Syamsir dkk. 2007. Infertil Informasi Lengkap Penderita Dan Keluarganya.
Jakarta : Gramedia.
Djuwanto,
Tono. 2008. Hanya 7 Hari Memahami Infertilitas. Bandung : PT. Refika
Aditama.
Mansjoer,
Arif Dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke3 Jilid Pertama. Jakarta : Media Aescuaplus FKUI.
Prawiroharjo, Sarwono
Dkk. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo FKUI.
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0507/22/muda/1916331.htm